Tampilkan postingan dengan label energi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label energi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Oktober 2009

Cina Bangun PLTS Terbesar Dunia Hasilkan 2 GW


Akhir Desember tahun 2008 lalu, Cina merencanakan membangun pembangkit listrik tenaga surya dari photovoltaic (PV) berkapasitas 1 GW, yang merupakan pembangkit listrik sel surya terbesar di dunia. Hanya saja beberapa waktu kemudian Amerika Serikat mengumumkan untuk membangun 1,3 GW. Gelar pun berpindah.

Tampaknya Cina tidak rela jika gelar sebagai negara dengan pembangkit listrik tenaga surya yang berbasi photovoltaic (PV) berpindah ke negara lain. Sebuah pembangkit yang kelak akan menghasilkan 2GW tengah direncanakan pemerintah Cina dan menjadi pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia untuk saat ini.

Baca selengkapnya

Selasa, 20 Oktober 2009

Build it Green


Trees, in a word, rock. They absorb heat-trapping carbon dioxide, hold soil together to prevent landslides, and provide a rich habitat for diverse plants and animals. Choose furniture made from eco-friendly sources such as sustainably managed forests, bamboo, and reclaimed wood. Buying vintage wherever possible, rather than adding something new into the waste stream, is always in style. Also, look for furniture that is durable and likely long-lived-you'll save money on replacements in the future and prevent more wasted materials from winding up in the landfill. And, if for some reason, that dresser or dining table no longer suits your needs, something in fine shape will always have takers via Craig's List, eBay, or Freecycle.
(Read full story)

Rabu, 03 Desember 2008

Siklus krisis di sekitar energi

SIKLUS KRISIS DI SEKITAR ENERGI

Oleh Leonid SP, dari buku dengan judul sama di atas, Nop 2008.

Sangat menarik untuk mecermati isi buku Siklus Energi di Sekitar Energi, karangan Ibrahim Hasyim*), seorang praktisi di bidang perminyakan, yang merupakan opini / pandangan beliau tentang berbagai isu yang terkait dengan sector pertambangan, rasa kegundahannya tentang kebijakan pemerintah dengan harga BBM khususnya dan energi pada umumnya sejak lebih dari 25 tahun silam, gagasan-gagasannya yang masih relevan dengan kondisi perminyakan saat ini. Berikut adalah beberapa cuplikan yang saya anggap sangat berguna sebagai wacana dan bahan pertimbangan , baik sebagai bahan diskusi, penulisan maupun nara sumber.


(Halaman 13)

Secara umum , setidaknya terdapat empat alasan ekonomi tentang kenaikan harga BBM ini.

PERTAMA, untuk menaikkan pendapatan negara karena subsidi bisa memberatkan APBN.

KEDUA, untuk melindungi industri dalam negeri dalam rangka melawan kompetisi dari luar negeri,

KETIGA, untuk mendukung daya saing barang-barang yang dieksplor dengan barang-barang negara lain di arena perdagangan internasional,

KEEMPAT, untuk menyesuaikan harga dengan perkembangan minyak dunia.


Sedangkan yang berkaitan dengan persoalan politik, dapat dicatat sejumlah alasan :

PERTAMA, untuk mengatasi persoalan polusi. Artinya, dengan penetapan harga BBM yang tinggi dapat menurunkan angka pemakaian kendaraan bermotor, sehingga mengurangi tingkat polusi dan mendorong pemakaian energi alternatif. Seperti kita ketahui masyarakat cenderung boros dalam menggunakan energi. . Disamping itu , kelebihan pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengolah minyak dengan kualitas yang lebih baik.

KEDUA, untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah.Hal ini berarti . bahwa setiap mengubah harga BBM haruslah dipertimbangkan berbagai akibat lebih besar dari yang lainnya.

KETIGA, tentu berdasarkan kepada pertimbangan politik pada saat itu.


(Halaman 14)

…. Dunia harus sadar bahwa apabila harga minyak cukup murah, maka akan terjadi pemakaian yang berlebihan tanpa memikirkan minyak itu akan cepat habis.Dan kalau pandangan dihubungkan pada negara-negara yang posisinya seperti Indonesia, maka penetapan harga BBM yang lebih tinggi dapat merupakan salah satu instrumen untuk menggalakkkan konservasi dan diversifikasi, sekaligus untuk mempertahankan penerimaan devisa dan menekan subsidi.


(Halaman 15)

Terkait dengan Konsumsi BBM, Ibrahim Hasyim menyimpulkan sbb.:

PERTAMA, semua jenis BBM yang disubsidi, terjadi peningkatan konsumsi yang sangat pesat, terutama minyak Solar. (Kalau tahun 1973 subsidi solar=20,5 %, maka pada tahun 2004 meningkat tajam sebesar 741,2 %. !!)

KEDUA, persentasi volume jenis-jenis BBM yang disubsidi bertambah besar

KETIGA, tiap jenis BBM dalam pertumbuhan konsumsinya mempunyai karakteristik masing-masing, dan ini tentunya membawa implikasi tersendiri pula dari waktu ke waktuKEEMPAT, kontribusi memperkecil subsidi dari jenis BBM yang nilai subsidinya kecil akan semakin kecil peranannya, karena mengecilnya persentase volume.


(Halaman 52)

Proses atmospheric distilation sebagai primary process pengolahan minyak bumi hanya akan menghasilkan minyak tanah waktu itu, sedangkan hasil lainnya praktis dibakar.Penggunaan minyak bumi hanya sebagai kerosin (minyak tanah) untuk penerangan berlangsung cukup lama, sampai tatkala Thomas Edison di awal abad ke 20 menemukan bola lampu sehingga keperluan penerangan praktis tidak hanya bergantung kepada kerosin

Beberapa waktu kemudian, industri mesin berkembang dan gasolin (bensin) serta gas oil (solar) mulai dibutuhkan. Kebutuhan BBM tersebut ternyata berkembang pesat, sehingga industri pengolahan mendapat tantangan berat untuk sanggup memproduksinya. Teknologi proses mulai dikembangkan , karena jika hanya mengandalkan atmospheric distilation, produksi bensin atau solar sulit terpenuhi.Sejak itu tahap demi tahap dikembangkan secondary processing, seperti vacuum distilation, beragam jenis cracking reforming, yang ditujukan untuk mengolah kembali fraksi-fraksi berat dari primary process menjadi fraksi ringan (bensin, nafta, solar, kerosin) guna memenuhi kuantitas dan spesifikasi BBM yang terus berkembang.


(Halaman 53)

Teknologi kilang yang pada awalnya hanya untuk menghasilkan kerosin, kini telah berubah sama sekali sesuai dengan pola konsumsi BBM tiap negara. Walaupun ada perbedaan pola konsumsi di antara masing-masing negara, tetapi secara umum mendekati pola konsumsi dunia yang pada tahun 1982 terdiri dari : 34% gasolin, 5% nafta, 8% kerosin, 29% gas /diesel fuel dan 24% fuel oil.

(Halaman 99)

INTENSIFIKASI: Kalau demikian memang tidak ada pilihan lain kalau tidak sedini mungkin "penghematan energi" ini dibudidayakan. Dalam rangka penghematan energi ini, upaya yang pernah dilakukan pada dekade 80-an adalah melalui tahapan langkah-langkah sosialisasi, seperti

taha[ pertama : memberi pengertian dan menanamkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya penghematan energi (melalui media TV, radio , surat kabar dsb).

tahap kedua : dilakukan penyuluhan tehnis melalui publikasi, seminar, penataran, pendidikan, pameran, dan kunjungan teknis ke instalasi instalasi yang ada.

Penggunaan mesin-mesin yang irit BBM, pengaturan sistem angkutan yang lebih efisien, desain bangunan yang lebih memberikan kenyamanan yang alami, standarisasi alat-alat rumah tangga yang menggunakan energi dan beberapa hal lain yang dianjurkan.


(Halaman 102)

Diversifikasi :

Kenaikan harga BBM walaupun hakekatnya memberikan dampak ekonomis yang bagi negara berarti menekan jumlah subsidi, tetapi juga ikut melahirkan gagasan yang lebih konkret untuk segera merealisasikan produksi energi lain karena harga satuan yang sudah mulai kompetitif, dan memberikan dampak teknologis cukup berarti karena mampu merangsang penggunaan teknologi tertentu untuk menggunakan energi alternatif.

Teknologi mesin yang berbasis energi lain semakin banyak diproduksi dan digunakan seperti kendaraan yang berbahan bakar gas dan kendaraan hybrid.Indikasi tersebut pada hakekatnya sudah menunjukkan kemauan dan keinginan menggunakan energi lain yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Jika kapasitas listrik yang dihasilkan proyek dengan sumber energi alternatif bisa dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya, maka penggunaan minyak disektor listrik yang masih tinggi akan jauh menurun. Sesungguhnya di sektor listrik yang sangat potensial untuk mengembangkan dan menggunakan energi alternatif secara besar-besaran.


(Halaman 102)

Konservasi :

Kebijakan utama energi nasional pada sisi penyediaan adalah dengan jalan meningkatkan kemampuan pasokan energi, mengoptimalkan produksi energi dan penghematan (konservasi) sumber daya energi. Sementara itu pada sisi pemanfaatan dilakukan dengan jalan diversifikasi penggunaan sumber energi dan efisiensi pemanfaatan energi.Dengan demikian penghematan energi diperlukan pada ke dua sisi yaitu : sisi penyediaan dan pemanfaatn energi.


(Halaman 150-151)

Memang, menggantungkan sesuatu terhadap yang lain memberikan tumbuhnya nilai alternatif akan selalu dihadapkan dengan kerawanan yang setiap saat dapat timbul, karena tempat bergantungnya tidak bernilai lestari.

Melepaskan diri dari ketergantungan, termasuk ketergantungan terhadap minyak, adalah jalan keluar yang selaras dengan hakekat kemerdekaan. Sebagai bahan yang tidak bisa diperbaharui, sangatlah naif kalau kita terus menggantungkan diri kepada fosil yang terbentuk jutaan tahun lalu itu.

Semoga bermanfaat bagi Anda.

Catatan : *) Doktor Ibrahim Hasyim, Mantan Deputi Bidang Perkapalan-Pertamina, Komisaris Utama PT.Tongkang Pertamina dan PT.Patra Dok Dumai.

Selasa, 25 November 2008

Gas Hidrat Metan

Gas Hidrat Metan (Methane hydrate)

Sumber energi alternatif masa depan, pengganti BBM

Oleh : Soesilo P *), dari beberapa sumber.

Ditengah ramainya pembicaraan mengenai tingginya harga bahan bakar minyak dan upaya setiap negara untuk mencari energi alternatif pengganti BBM, penggunaan gas hidrat metan sebagai energi abad 21 juga ramai dibicarakan oleh para ahli. Ada banyak alasan yang menyebabkan bangsa Indonesia juga perlu lebih intensif melakukan penelitian di bidang gas hidrat metan ini.

Gas hidrat metan yang dikenal juga sebagai "nyala dalam es" atau "fire in the ice" merupakan senyawa metan (CH4) yang bernama ilmiah "methane hydrate". Selama jutaan tahun, mikroba telah menghancurkan bahan-bahan organik pada sedimen lautan, memproduksi metan sebagai zat sisa. Gas metan (CH4) merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbon dioksida. Gas ini biasanya berasal dari hasil pembakaran biomassa atau rawa-rawa (proses alam seperti biogenik, termogenik, dan abiogenik) . Selain itu gas ini juga ada (terperangkap) dalam jumlah yang sangat banyak di sedimen lantai samudera, terkubur pada kedalaman 1.000 kaki lebih di dalam es yang dikenal sebagai methane clathrate. Clathrate ini stabil hanya pada kisaran suhu sangat rendah (sedikit di atas titik beku air ) dan tekanan tertentu (sekitar 5 megapascal), dan akan mencair secara cepat dan melepaskan gas yang mudah terbakar ke udara jika dibawa ke permukaan laut (pada suhu dan tekanan udara bebas).

Devinder Mahajan, seorang ahli kimia di Laboratorium Nasional Brookhaven memiliki resep untuk "memasak" dengan hidrat : Penuhi wadah dengan air dan sedimen, taruh dalam gas metan dan dinginkan dibawah tekanan tinggi (1.500 pound per inci kubik). Setelah beberapa jam, hidrat akan terbentuk dan stabil pada suhu 4 derajat celcius. Dengan menghidupkan korek api pada hidrat yang sedang mencair maka jadilah es yang dapat membakar ("fire in the ice").

Banyak perhitungan yang telah dilakukan mengenai besarnya keberadaan gas hidrat di bumi. Meskipun perhitungan yang dilakukan masih dalam bentuk perhitungan kasar. Tetapi hampir semua prediksi volume gas hidrat merujuk dalam jumlah yang sangat besar yaitu sekitar 200.000 Tcf (trilyun kaki kubik).

Dengan besarnya cadangan gas hidrat di bumi tersebut, potensinya untuk menggantikan penggunaan bahan bakar minyak memang cukup besar. Di samping itu, pencarian potensi keberadaan gas hidrat ini masih sedikit dilakukan, sehingga estimasi besarnya cadangan gas hidrat sangat berpeluang untuk menjadi semakin besar, seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan.

Spekulasi lebih jauh menunjukkan apabila temperaturnya meningkat setinggi ini akan berakibat pada pelepasan secara cepat dan tidak dapat dibalikkan untuk hidrat metan yang terkunci di dasar laut, menjadikan lepasnya gas metan, salah satu gas rumah kaca paling kuat ke atmosfir. Mekanisme serupa adalah salah satu teori yang menjelaskan tentang kepunahan pada masa Permian-Triassic sekitar 252 juta tahun yang lalu, dan Paleocene-Eocene Thermal Maximum sekitar 55 juta tahun yang lalu. Diperkirakan bumi membutuhkan waktu sekitar 100.000 tahun untuk kembali menjadi normal sesuai dengan Thermal Maximum.

Hal ini bukan berarti bahwa hidrat metan di laut tidak mengalami letusan sama sekali. Penelitian dengan menggunakan fosil dari bakteri yang tumbuh dengan subur pada konsentrasi metan yang tinggi, menunjukkan bahwa jumlah gas yang besar pasti telah dilepaskan di basin Santa Barbara, Kalifornia pada 44.000 tahun yang lalu.

Potensi cadangan gas hidrat metan di Indonesia berdasarkan penelitian adalah sebesar 858,6 Tcf, berada di perairan selatan pulau Sumatera, Sulawesi dan Jawa. Sebagai perbandingan, potensi ladang gas Natuna diperkirakan sebesar 222 Tcf, atau seperempatnya cadangan gas hidrat metan. Has hidrat metan lebih padat dari gas alam. Untuk 1 meter kubik gas hidrat akan melepaskan 164 meter kubik gas alam/ metan pada suhu 25o C dan tekanan 1 atm (suhu dan tekanan udara bebas) , sehingga diperkirakan cadangan energi tersebut tidak akan habis dalam kurun waktu 800 tahun. Bisa dibayangkan betapa besar potensi energi Indonesia dimasa mendatang !

Dalam sistem gas alam padat, gas hidrat (NGH) diproduksi dari percampuran gas alam dengan air untuk membentuk kristal es. Gas alam padat terjadi ketika beberapa partikel kecil dari gas seperti metana, etana, dan propana, menstabilkan ikatan hidrogen dengan air untuk membentuk struktur sangkar 3 dimensi dengan molekul gas alam terjebak dalam sangkar tersebut. Sebuah sangkar terbuat dari beberapa molekul air yang terikat oleh ikatan hidrogen. Tipe ini dikenal dengan nama clathrates. Gas alam padat diperkirakan akan menjadi media baru untuk penyimpanan dan transportasi gas, sebab memiliki stabilitas yang tinggi pada suhu dibawah 0o C pada tekanan atmosfer. Kestabilan tersebut disebabkan lapisen es yang terjadi pada saat hidrat terurai (terdisosiasi) menutupi hidrat dan mencegah penguraian lebih lanjut.

Sampai sekarang memang belum ada gas hidrat yang berhasil dikembangkan menjadi sumber energi, tapi melihat indikasi yang ada, gas ini dipercaya suatu hari nanti bisa menjadi bahan bakar alternatif menggantikan minyak bumi. Gas hidrat metan termasuk "renewable energy" atau "energi terbarukan", yang tidak akan habis sekalipun terus diambil. Gas akan terbentuk kembali selama sumbernya masih ada yang tersisa.

Metana adalah gas rumah kaca dan pelepasannya diperkirakan sebagai akibat dari menghangatnya suhu laut oleh pemanasan global .Mengapa lautan bisa cukup hangat untuk mengeluarkan metana dari kurungan es-nya masih belum diketahui. Sejumlah teori mengatakan kemungkinan akibat dari aktifitas vulkanik.

Walaupun destabiliasi massal hidrat metan sepertinya tidak mungkin, menghangatnya kawasan Artik secara cepat adalah titik panas potensial .

Lautan Artik dan daratan bekunya mengandung lebih sedikit hidrat metan, karena temperatur sangat dingin-lah yang membuatnya tetap membeku, bukan oleh tekanan besar.

Penelitian Kanada dan Jepang di Artik beberapa waktu yang lalu telah membuktikan bahwa kuantitas ekonomis dari metan dapat diperoleh pada hidrat di permukaan. walaupun hidrat metan di Alaska terbatas, jumlah hidrat yang terkubur di dasar laut dan lainnya jauh lebih besar.

Sampai saat ini teknologi eksplorasi gas hidrat metan sudah bisa dilakukan, tetapi banyak permasalahan dalam hal teknologi untuk membuat gas hidrat itu dalam kondisi stabilnya. Proses pengeboran sering kali menyebabkan perubahan tekanan dan suhu sehingga gas bermigrasi ke tempat lain. Dengan begitu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik dari gas hidrat metan ini sehingga kita bisa memanfaatkan gas hidrat itu menjadi sumber energi alternatif yang murah dan aman.

Ada berbagai pertimbangan dalam menentukan pemilihan energi alternatif. Beberapa isu yang cukup penting untuk dipertimbangkan adalah : 1) Harga produksi sebuah energi alternatif dibandingkan dengan bahan bakar minyak. 2) Keberadaannya di bumi, dan jenis energi yang dihasilkan; apakah termasuk energi terbarukan atau tidak. 3) Kemudahan pengolahan atau proses produksi untuk bisa digunakan. Keberadaan sumber energi yang menjadi bahan baku bagi sumber energi alternatif tersebut (jika bukan merupakan energi yang langsung diambil dari alam). 4) Manfaat tambahan yang bisa ditawarkan oleh energi alternatif tersebut. 5) Nilai keamanan bagi penggunaan energi tersebut. 6) Kemudahan proses modifikasi peralatan yang akan menggunakan energi tersebut.

Metode pemboran "hot water simulation" sejauh ini belum berhasil memanaskan gas hidrat secara terus menerus. Gas hidrat kembali beku dan tidak bisa diangkat ke permukaan. Biaya eksploitasinya yang masih mahal juga menjadi salah satu kendalanya.

HASIL PEMETAAN DENGAN KAPAL RISET

Seperti dikatakan di atas, pada umumnya, gas hidrat metan lebih sering ditemukan di laut. dalam . Distribusi gas hidrat di dunia menunjukkan kecenderungan yang lebih merata dibandingkan dengan keberadaan minyak bumi. Negara-negara yang selama ini adalah konsumen terbesar pengguna minyak bumi seperti Amerika, Jepang dan Kanada, diperkirakan memiliki cadangan gas hidrat metan dalam jumlah besar. Tidak terkecuali , perairan Indonesia diperkirakan juga memiliki cadangan yang cukup besar . Sementara itu, di India, para peneliti menemukan kandungan metan hidrat dengan ketebalan hingga 132 meter di cekungan Krisna Godavari. Menurut Malcolm Lall, direktur program gas hidrat India, kandungan tersebut merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Selain itu ditemukan juga kandungan metan hidrat di kepulauan Andaman dengan kedalaman 600 meter dari dasar laut.

Sejak tahun 1994, Indonesia telah memulai penelitian untuk mencari potensi gas hidrat metan yang ada di perairan laut dalam , antara lain bekerjasama dengan Bundessanstalt fur Geowisseschaften und Rohstoffe dari Jerman dan Japan Marine Agency for Marine Earth Science and Technology.

Ekspedisi kapal riset Yokosuka milik pemerintah Jepang ini terbilang istimewa sebab didukung oleh kapal selam berawak Shinkai 6500, yakni salah satu kapal selam yang dapat menyelam hingga kedalaman 6500 di bawah permukaan laut milik Jamstec. Shinkai 6500 mampu membawa satu orang peneliti dan dua operator yang bisa bertahan selama delapan jam pada kedalaman 3000 meter. Hasil penelitian selama dua bulan penyelaman tersebut berhasil memetakan cadangan gas hidrat sebanyak 6,6 x 1012 meter kubik atau atau setara 233 trilyun kaki kubik (Tcf) pada area seluas 8.200 kilometer persegi. Pada penelitian selanjutnya di perairan dalam Sumatera Selatan, Selat Sunda dan kawasan selatan Jawa Barat yang ditelusuri pada tahun 1999 ditemukan potensi cadangan gas hidrat sebesar 17,7 x 1012 meter kubik atau 625 Tcf, dengan area seluas 22.125 kilometer persegi. Keseluruhan, potensi cadangan gas hidrat di seluruh Indonesia sebesar 858,6 Tcf (trilyun kaki kubik). Jumlah yang sangat besar untuk bumi kita Indonesia !!

Berbagai perhitungan telah dilakukan mengenai besarnya keberadaan gas hidrat di bumi. Perhitungan yang dilakukan masih dalam bentuk perhitungan kasar, akan tetapi hampir semua prediksi volume gas hidrat merujuk dalam orde yang sangat besar. Diperkirakan besarnya volume gas hidrat di atas 200.000 Tcf. Secara garis besar, total potensi gas hidrat ini diperkirakan sebesar 2 kali lipat dari keberadaan bahan bakar fosil baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan (batu bara, minyak dan gas). Dengan besarnya cadangan gas hidrat di bumi, potensinya untuk menggantikan penggunaan bahan bakar minyak memang cukup besar. Di samping itu, pencarian potensi keberadaan gas hidrat ini masih sedikit dilakukan, sehingga estimasi besarnya cadangan gas hidrat sangat berpeluang untuk menjadi semakin besar, seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan.

Penelitian-penelitian tersebut telah dapat menyimpulkan bahwa gas hidrat metan ini bisa dieksplorasi untuk diolah menjadi sumber energi baru dimasa depan , menggantikan sumber energi minyak (BBM).

Gas metan relatif mudah untuk dimanfaatkan tanpa membutuhkan banyak modifikasi pada mesin. Dengan keunggulan yang dimiliki, gas metan, justru memberikan harapan yang lebih baik terhadap performa mesin, memperpanjang waktu penggunaan, dan kemudahan perawatan. Trend untuk beralih kepada gas-based economy juga dilakukan pemerintah Indonesia. Dengan demikian, pada saat teknologi eksploitasi gas hidrat juga telah kita kuasai, akan semakin mudah bagi kita untuk melakukan proses peralihan ke penggunaan gas metan ini.

Selain potensi di atas, ada lagi potensi gas bebas yang biasanya terperangkap di bawah lapisan gas hidrat. Melihat beberapa penelitan mengenai ketebalan gas bebas ini (free gas), agaknya jumlahnya juga berada dalam orde yang sangat besar. Dengan demikian, keberadaannya yang selalu seiring dengan keberadaan gas hidrat, akan dapat diperhitungkan sebagai potensi tambahan bagi eksploitasi gas hidrat.

Sebagai salah satu anggota Konsorsium Gas Hidrat International (International Methane Hydrate Consorsium) , Indonesia berperan aktif mengirimkan delegasinya dalam forum yang diselenggarakan setiap tahunnya, untuk mengikuti perkembangan terbaru dari kegiatan penelitian maupun pengembangan teknologi terkait eksploitasi gas hidrat metan tsb. Penelitian juga terus digalakkan, terutama untuk memetakan potensi cadangan gas metan hidrat di perairan sepanjang palung Aceh, Sumatera, Jawa dan Irian, yang membentang sepanjang kurang lebih 6.000 kilometer !

Diperkirakan, pada tahun 2020 mendatang gas hidrat baru bisa diproduksi secara massal sebagai bahan bakar alternatif baru menggantikan BBM.( bahan bakar fosil - minyak dan gas bumi). Kita masih mempunyai cukup waktu untuk terus melakukan kajian dan penelitian yang lebih dalam sebelum tiba waktunya untuk mengeksploitasinya secara besar-besaran.

Apabila proses eksplotitasi gas hidrat ini sudah bisa dilakukan, maka akan banyak manfaat yang akan kita peroleh dari penggunaan gas hidrat sebagai pengganti bahan bakar minyak, sebagai proses transisi dari petreoleum-based ke gas-based economy. Metan sebagai gas yang paling banyak terdapat dalam gas hidrat, selain menjanjikan gas buang yang bersih juga memberikan kemudahan dalam proses transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Pembakaran gas metan menghasilkan karbon dioksida dan polutan yang rendah, sehingga secara biomedis merupakan gas yang tidak mengganggu kesehatan tubuh, karena tubuh bisa mentolerir polutan dalam kadar rendah.

Bagaimanapun, menurut Direktur Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, Yusuf S.Djajadihardja, dalam mengolah gas ini diperlukan kehati-hatian sebab kalau salah eksplorasi dan terjadi kebocoran ke udara maka bisa mengganggu stabilitas lapisan ozon. Eksploitasi gas metan hidrat secara besar-besaran nantinya jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan , khususnya tanah air kita.

*) Mantan Pertamina EP, Anggota Pantis SNI –Energi Baru.

AEoogle Search

AEoogle